Film ini berpusat pada kereta cepat Tohoku Shinkansen Hayabusa No. 60 yang berangkat dari Shin-Aomori menuju Tokyo. Perjalanan yang awalnya biasa berubah menjadi mimpi buruk ketika pusat kendali menerima panggilan darurat: sebuah bom telah dipasang di salah satu gerbong, dan akan meledak jika kecepatan kereta turun di bawah 100 km/jam. Pelaku menuntut tebusan fantastis sebesar 100 miliar yen, memaksa kondektur Kazuya Takaichi (Tsuyoshi Kusanagi) dan timnya bekerja sama dengan teknisi serta penumpang untuk mencegah bencana. Ketegangan meningkat ketika kabar tentang bom menyebar, memicu kepanikan di antara penumpang.
Salah satu kekuatan utama The Bullet Train Explosion adalah pendekatan realistisnya terhadap dunia perkeretaapian Jepang. Kolaborasi dengan East Japan Railway Company memungkinkan penggunaan kereta Shinkansen asli, bukan replika atau CGI, menciptakan nuansa otentik yang jarang ditemukan di film aksi. Adegan-adegan di dalam gerbong dan ruang kontrol terasa hidup, dengan detail kecil seperti panel kendali dan simulasi model kereta mini yang digunakan tim teknis untuk merencanakan penyelamatan. Sinematografi karya Yusuke Ichitubo berhasil menangkap dinamika kereta yang melaju kencang, dengan pengambilan gambar yang memadukan kecepatan dan claustrophobia gerbong secara apik.
Pacing cerita juga patut diacungi jempol. Dengan durasi 134 menit, film ini mampu menjaga ketegangan tanpa terasa melelahkan. Shinji Higuchi memanfaatkan premis sederhana—kereta yang tidak boleh melambat—untuk membangun suspense yang konstan. Adegan favorit saya adalah ketika tim teknis di ruang kontrol menggunakan model kereta mini untuk menyusun strategi, sebuah momen yang sederhana namun mengesankan karena menunjukkan kreativitas dalam situasi krisis. Skoring musiknya fungsional, mampu mengiringi emosi tanpa berlebihan, menjaga fokus pada aksi dan drama.
Penampilan para aktor, khususnya Tsuyoshi Kusanagi sebagai Kazuya Takaichi, juga menjadi nilai tambah. Kusanagi menghidupkan karakter kondektur yang tenang namun tegas, menjadi jembatan antara kru, penumpang, dan pusat kendali. Aktingnya terasa natural, terutama dalam momen-momen emosional ketika ia harus membuat keputusan sulit. Pemeran pendukung seperti Kanata Hosoda (Keiji Fujii) dan Machiko Ono (Yuko Kagami) turut menambah kedalaman, dengan interaksi antar karakter yang memperkuat sisi humanis cerita.
Meski memiliki banyak kelebihan, The Bullet Train Explosion tidak luput dari kekurangan. Kekurangan utama menurut saya adalah motif dari si pelaku itu sendiri. Mungkin ini adalah bagian dari budaya orang Jepang, tapi motif semacam ini terasa kurang dapat diterima bagi penonton secara umum, imo. Tanpa ingin memberikan spoiler, alasan di balik aksi teroris tersebut terasa terlalu dua dimensi layaknya anime dan kebetulan kurang mendapat penjelasan yang layak juga, meninggalkan kesan bahwa pelaku hanyalah alat naratif untuk memicu konflik, bukan karakter dengan dimensi yang kuat. Hal ini membuat ending, meski dramatis, kurang memberikan dampak emosional yang mendalam.
Selain itu, beberapa plot hole juga mengganggu. Misalnya, bagaimana bom dalam jumlah besar bisa lolos dari pengawasan keamanan stasiun yang seharusnya ketat? Bagaimana posisi bom akhirnya dapat dikonfirmasi meski sebelumnya terkesan tidak dapat dilakukan? Pertanyaan-pertanyaan seperti ini tidak dijawab dengan memuaskan, melemahkan logika cerita. Karakter pendukung, meski diperankan dengan baik, juga terasa kurang berkembang. Beberapa penumpang yang awalnya tampak penting akhirnya hanya menjadi latar belakang, membuat cerita terasa kurang berani menggali potensi drama yang lebih dalam.
Dari sisi teknis, film ini menunjukkan kualitas produksi yang baik. Efek visualnya terasa “grounded,” dengan ledakan dan kerusakan yang tidak berlebihan seperti film aksi Hollywood. Higuchi tampaknya sengaja menjaga tone realistis khas sinema Jepang, yang menjadi salah satu daya tarik utama. Penggunaan teknologi VFX untuk adegan kereta yang melaju kencang terasa mulus, meski beberapa pemandangan luar gerbong terlihat sedikit artifisial. Editing filmnya cukup rapi, dengan transisi antar adegan yang mendukung ritme cepat tanpa membingungkan penonton.
The Bullet Train Explosion adalah film thriller yang solid dengan premis menarik, eksekusi teknis yang kuat, dan akting yang meyakinkan. Realisme dunia perkeretaapian Jepang, ketegangan yang terjaga, dan momen-momen kreatif seperti simulasi model kereta menjadi daya tarik utama. Namun, motif pelaku yang lemah, beberapa plot hole, dan kurangnya kedalaman emosional membuat film ini tidak sepenuhnya memenuhi ekspektasi. Film ini layak ditonton bagi penggemar thriller aksi yang mencari pengalaman mendebarkan tanpa harus terlalu rumit. Bagi yang ingin merasakan sensasi ketegangan di atas rel, film ini adalah pilihan yang tepat, meski dengan sedikit catatan.
Rate: 6.5-7/10
Ingin menonton? Saksikan The Bullet Train Explosion secara eksklusif di Netflix.
Komentar
Posting Komentar