Salah satu kekuatan utama Nonnas adalah chemistry antar-pemainnya. Vince Vaughn menghidupkan Joe dengan pesona yang hangat dan relatable, menampilkan sisi emosional yang jarang terlihat dalam peran komedinya. Para nonna, yang diperankan oleh aktris veteran seperti Susan Sarandon dan Brenda Vaccaro, mencuri perhatian dengan kepribadian unik masing-masing—dari yang genit hingga yang keras kepala. Interaksi mereka di dapur penuh dengan dialog kocak dan momen mengharukan, menciptakan dinamika yang terasa autentik, seperti keluarga sungguhan. Linda Cardellini dan Joe Manganiello juga menambah warna dengan chemistry romantis dan persahabatan yang menyegarkan.
Secara teknis, film ini menonjol dalam sinematografi yang hangat dan penuh warna. Pengambilan gambar di dapur dan restoran terasa hidup, dengan close-up pada hidangan Italia yang menggugah selera, seperti pasta dengan saus Pecorino Romano atau capuzzelle tradisional. Tata suara mendukung suasana, dengan musik Italia klasik yang memperkuat nuansa nostalgia. Pesan film tentang "memberi makan duka" melalui tradisi kuliner dan koneksi antar-generasi terasa kuat, membuat penonton teringat pada akar budaya dan keluarga mereka sendiri. Tema ini, dikombinasikan dengan humor ringan, menjadikan Nonnas film yang cocok untuk ditonton bersama keluarga di akhir pekan.
Meski menghibur, Nonnas tidak lepas dari kekurangan. Alur ceritanya terasa klise, mengikuti formula klasik tentang seorang underdog yang membangun bisnis unik melawan segala rintangan. Pola "keluarga yang kamu pilih" terasa familiar, mirip dengan film seperti Big Night, sehingga kurang menawarkan kejutan bagi penonton yang sudah terbiasa dengan genre ini. Beberapa konflik, seperti persaingan antar-nonna atau drama romansa Joe, terasa kurang mendalam dan diselesaikan dengan cara yang terlalu cepat, membuat emosi penonton tidak sepenuhnya tersentuh.
Secara teknis, meski sinematografi memukau, beberapa transisi antar-adegan terasa kurang mulus, terutama di paruh kedua film ketika cerita mulai terburu-buru menuju resolusi. Pengembangan karakter sampingan, seperti sahabat Joe, Bruno, juga terasa minim, padahal potensinya besar untuk menambah kedalaman cerita.
Dari sisi teknis, Nonnas berhasil menciptakan suasana yang mengundang. Penggunaan warna hangat seperti merah dan kuning di dapur restoran memberikan kesan nyaman, seolah penonton diajak duduk di meja makan keluarga Italia. Tata cahaya lembut memperkuat emosi dalam adegan-adegan intim, seperti saat Joe berbagi cerita dengan para nonna. Musik latar dengan sentuhan akordeon dan melodi klasik Italia menambah daya tarik, meski kadang terasa berlebihan di momen-momen dramatis. Efek suara, seperti gemerincing panci atau tawa di dapur, membuat suasana restoran terasa hidup dan autentik.
Nonnas adalah film yang menyenangkan dan menghangatkan hati, meski tidak sepenuhnya orisinal. Film ini unggul dalam menyampaikan pesan tentang pentingnya tradisi dan keluarga, didukung oleh akting yang kuat dan visual yang memanjakan mata. Namun, alur yang klise dan kurangnya kedalaman di beberapa konflik membuatnya tidak mencapai potensi maksimal sebagai film komedi-drama yang berkesan. Cocok untuk penonton yang mencari hiburan ringan dengan sentuhan nostalgia, terutama bagi mereka yang menyukai cerita tentang makanan dan ikatan keluarga.
Rate: 7+/10
Komentar
Posting Komentar