Ulasan Film A Quiet Place: Day One (2024) - Perjalanan Emosional di Tengah Teror Alien

"A Quiet Place: Day One" adalah prekuel dari franchise "A Quiet Place" yang menceritakan hari pertama invasi alien yang menghantui dunia. Disutradarai oleh Michael Sarnoski, film ini berusaha menghidupkan kembali ketegangan yang menjadi ciri khas dari dua film pendahulunya. Namun, meskipun memiliki elemen-elemen yang kuat, film ini tampaknya tidak berhasil mencapai ketinggian yang sama dengan pendahulunya.

Dibintangi oleh Lupita Nyong’o sebagai Samira, seorang penyair yang sedang berjuang melawan kanker di hari-hari terakhir hidupnya, film ini lebih berfokus pada perjalanan emosional karakter utama daripada pengungkapan mitologi baru mengenai alien tersebut. Nyong’o memberikan penampilan yang kuat, mengekspresikan campuran rasa sakit, kehangatan, dan kemanusiaan yang menyentuh. Karakter Samira menghadirkan kedalaman yang membuat penonton merasakan perjuangannya di tengah kekacauan yang terjadi di sekitarnya.

Di sisi lain, Joseph Quinn sebagai Eric memberikan dinamika yang berbeda, meskipun tidak sepenuhnya setara dengan Nyong’o dalam hal pengembangan karakter. Eric digambarkan sebagai sosok yang takut dan hampir menyerah pada kepanikan, tetapi akhirnya menemukan kekuatan dalam pertemanannya dengan Samira. Sayangnya, film ini tidak banyak memberikan ruang bagi karakter pendukung lainnya, seperti Reuben (Alex Wolff) dan Henri (Djimon Hounsou), yang hanya muncul secara singkat.

Secara visual, "A Quiet Place: Day One" menampilkan suasana pra dan pasca-apokaliptik kota New York yang bagus. Efek khusus dan desain suara digunakan dengan baik untuk menciptakan ketegangan, namun tidak ada yang benar-benar baru atau mengejutkan dalam aspek ini. Beberapa adegan aksi mungkin terasa repetitif bagi penonton yang sudah akrab dengan franchise ini.

Salah satu kekurangan utama film ini adalah ketidakmampuannya untuk memberikan informasi baru tentang latar belakang atau motivasi alien yang menyerang. Tidak ada penjelasan lebih lanjut yang diberikan tentang makhluk-makhluk ini, yang bisa membuat beberapa penonton merasa bahwa film ini tidak menawarkan sesuatu yang signifikan dalam memperluas dunia "A Quiet Place". Apalagi, karena ini adalah prekuel, kita semua yang sudah menonton 2 film pendahulunya, tahu bahwa "tidak akan terjadi apa-apa" pada makhluk-makhluk ini meskipun kelemahan baru tentang makhluk ini terungkap.

Namun, film ini berhasil dalam menggambarkan dinamika hubungan antar karakter, terutama antara Samira dan Eric. Film ini menunjukkan bagaimana bencana dapat mempertemukan orang-orang yang berbeda latar belakang untuk saling mendukung dan bertahan hidup. Meskipun tidak memberikan kejutan besar atau pengembangan plot yang signifikan, ada kehangatan manusiawi yang terselip di antara teror yang terjadi.

"A Quiet Place: Day One" mungkin tidak akan dikenang sebagai puncak dari trilogi ini, tetapi tetap menawarkan momen-momen intens dan menyentuh yang akan memuaskan sebagian penggemar franchise ini. Film ini, dengan segala kekurangannya, masih memiliki pesona tersendiri, terutama berkat penampilan kuat dari Lupita Nyong’o. Bagi mereka yang mencari kombinasi ketegangan dan drama karakter, film ini mungkin masih layak untuk ditonton, meskipun dengan ekspektasi yang lebih moderat.

Rate: 6.5-7/10

Komentar