Ulasan film Trap (2024): Sebuah Eksperimen yang Tak Sepenuhnya Berhasil

Film ini merupakan campuran antara thriller psikologis dengan latar belakang konser pop megah, yang dibintangi oleh Josh Hartnett sebagai Cooper, seorang sosiopat licik, dan Saleka Shyamalan sebagai Lady Raven, penyanyi yang konsernya menjadi panggung utama kisah ini. Premis yang unik ini menarik perhatian saya sejak awal, tetapi setelah menontonnya, saya merasa ada beberapa elemen yang tidak berjalan dengan baik.

Salah satu hal yang paling menonjol dalam Trap adalah penampilan Josh Hartnett. Ia berhasil membawa nuansa sosiopat yang sangat halus dan efektif melalui gestur dan ekspresi yang minimalis. Dalam beberapa momen, Hartnett mampu membuat saya merasa terjebak dalam pikirannya yang penuh manipulasi. Sayangnya, kekuatan karakternya agak melemah karena skrip Shyamalan tidak memberikan ruang yang cukup untuk mengembangkan sosok Cooper lebih dalam. Alih-alih diposisikan sebagai genius yang sulit dilacak, Cooper lebih sering tampak seperti orang yang hanya beruntung bisa lolos dari situasi berbahaya.

Latar konser dalam film ini juga memberikan atmosfer yang berbeda, namun saya merasa kurang maksimal dieksplorasi. Shyamalan menempatkan sebagian besar cerita di tengah kerumunan penonton konser Lady Raven, yang seharusnya bisa menciptakan suasana menegangkan dan claustrophobic. Namun, tata sinematografi yang lebih fokus pada layar besar di atas panggung daripada aksi panggung yang sesungguhnya membuat saya merasa kehilangan koneksi dengan intensitas momen. Seolah-olah kita menonton aksi konser melalui layar dalam film, yang membuatnya terasa datar dan tidak cukup menggugah emosi.

Musik di film ini juga merupakan bagian penting, terutama karena Shyamalan berkolaborasi dengan putrinya, Saleka, yang menyumbangkan banyak lagu untuk soundtrack. Lagu-lagu tersebut dirancang untuk mencerminkan aksi di layar, tetapi jujur saja, saya merasa lagu-lagu ini tidak cukup kuat untuk membuat momen-momen tertentu terasa lebih emosional. Padahal, film ini tampaknya ingin menggabungkan elemen konser dan thriller secara seimbang. Namun, hasil akhirnya terasa canggung, seolah ada yang hilang dalam transisi antara keduanya.

Salah satu aspek yang paling mengecewakan adalah plot yang mulai kehilangan arah setelah babak pertama. Awalnya, cerita tentang seorang profiler FBI (diperankan oleh Hayley Mills) yang mencoba menangkap seorang pembunuh di tengah-tengah konser pop sangat menarik. Tetapi, semakin jauh film berjalan, semakin banyak keputusan karakter yang terasa dipaksakan hanya demi menjaga jalannya cerita. Ada beberapa momen di mana saya bertanya-tanya, “Mengapa karakter ini melakukan itu?” hanya untuk dijawab dengan “karena film mengharuskannya.”

Film ini tidak sepenuhnya buruk, tentu saja. Saya menghargai keberanian Shyamalan untuk membuat film yang tidak didasarkan pada waralaba yang sudah mapan. Trap adalah ide yang segar dan orisinal dalam banyak hal, dan kita jarang melihat film dengan premis seperti ini di era sekarang. Namun, eksekusinya tidak cukup kuat untuk memenuhi potensi besar yang ada di balik ide tersebut. Ini adalah film yang aneh dan tidak terduga, dan mungkin akan menyenangkan bagi penonton yang menikmati karya-karya Shyamalan yang lebih eksentrik.

Satu hal lagi yang ingin saya sampaikan adalah bahwa film ini mungkin kurang memiliki koneksi emosional dengan penontonnya. Meskipun Shyamalan mencoba menampilkan hubungan keluarga antara Cooper dan putrinya Riley (Ariel Donoghue), dinamika ini kurang digarap dengan baik. Rasanya seperti sebuah subplot yang tidak pernah benar-benar berakar, sehingga saya tidak terlalu peduli dengan nasib karakter-karakter ini.

Pada akhirnya, Trap adalah film yang memiliki banyak ide bagus di atas kertas, tetapi dalam praktiknya, tidak semuanya berhasil. Dari segi konsep, Shyamalan pantas diacungi jempol karena menciptakan sesuatu yang unik, tetapi hasil akhirnya terasa seperti kesempatan yang terlewatkan. Film ini mungkin cocok untuk penggemar Shyamalan yang setia, tetapi bagi saya, ada banyak momen yang membuat saya berharap lebih.

Rate: 6.25/10

Komentar