Setelah menonton Transformers One (2024), saya langsung merasa seperti baru saja menyaksikan bagian penting dari sejarah Cybertron yang selama ini hanya sedikit disinggung dalam film-film sebelumnya. Sebagai film animasi prekuel, Transformers One memberikan pengalaman yang berbeda dari pendahulunya, dengan lebih banyak eksplorasi hubungan karakter dan dunia pra-perang Cybertron yang megah.
Film ini memusatkan ceritanya pada Orion Pax dan D-16. Hubungan persahabatan mereka digambarkan dengan sangat mendalam. Saya sangat terkesan dengan bagaimana perkembangan karakter D-16 tidak dilakukan secara tergesa-gesa, tetapi melalui proses yang perlahan dan emosional. Chris Hemsworth yang mengisi suara Orion Pax berhasil membawa sisi karismatik dan percaya diri karakter ini, sementara Brian Tyree Henry membuat perjalanan D-16 terasa nyata dan menyentuh. Chemistry mereka benar-benar menjadi inti kekuatan film ini.
Yang membuat film ini semakin menarik adalah visualnya. Cybertron di sini digambarkan dengan sangat hidup—berwarna-warni dan penuh detail. Animasi yang digunakan benar-benar maksimal, mulai dari desain karakter hingga adegan pertempuran yang terasa begitu halus dan dinamis. Ini mengingatkan saya pada pembukaan Bumblebee (2018), tetapi dengan skala yang jauh lebih luas. Setiap sudut Cybertron terasa seperti dunia yang nyata, tempat di mana konflik besar akan segera meletus.
Namun, film ini juga memiliki beberapa kekurangan. Beberapa adegan berlalu begitu saja sehingga sulit untuk sepenuhnya memahami atau menikmati setiap detail. Ini terutama terasa pada karakter-karakter pendukung yang, meskipun menghibur, kadang terlalu cepat berganti fokus tanpa eksplorasi yang cukup. Bagi penonton baru yang belum familiar dengan dunia Transformers, ini mungkin terasa sedikit membingungkan.
Kelebihan lainnya adalah karakter pendukung yang kuat. Keegan-Michael Key sebagai B-127 memberikan momen komedi yang menyegarkan, sementara Scarlett Johansson sebagai Elita-1 menambahkan kedalaman emosional. Laurence Fishburne sebagai Alpha Trion dan Jon Hamm sebagai Sentinel Prime juga meninggalkan kesan yang kuat, meski dengan porsi layar yang terbatas.
Sebagai kisah asal mula, film ini berhasil menggali tema yang relevan, seperti perjuangan melawan ketidakadilan dan konflik kelas. Saya sangat terhubung dengan perjuangan Orion Pax yang mencari keadilan dan pemahaman di tengah dunia yang penuh ketegangan. Transformasi emosional karakter ini menjadi puncak yang memuaskan, memberikan rasa haru sekaligus kebanggaan.
Meski demikian, tidak bisa dipungkiri bahwa beberapa adegan aksi—meski seru—kadang terasa sedikit repetitif. Ini mungkin akibat keterbatasan narasi yang mencoba mencakup banyak hal dalam waktu yang relatif singkat. Namun, adegan-adegan tersebut tetap memberikan hiburan yang cukup untuk memikat hati para penggemar.
Secara keseluruhan, Transformers One adalah tambahan yang sangat baik untuk waralaba ini. Film ini mungkin tidak sempurna, tetapi berhasil menyampaikan cerita yang emosional, aksi yang memukau, dan visual yang indah. Bagi para penggemar Transformers, film ini wajib ditonton, sementara bagi penonton baru, ini adalah pengantar yang menyenangkan untuk memahami asal mula para robot legendaris ini.
Jika Anda menginginkan cerita Transformers yang tidak sekadar aksi tanpa henti, tetapi juga penuh hati, Transformers One adalah pilihan yang tepat. Perjalanan Orion Pax dan D-16 dalam film ini menunjukkan bahwa bahkan di dunia robot, emosi manusiawi tetap menjadi pusat cerita yang kuat.
Rate: 7.5-8/10
Komentar
Posting Komentar