Film A Business Proposal versi Indonesia, yang dirilis pada 6 Februari 2025, hadir dengan beban ekspektasi besar sebagai adaptasi dari drama Korea populer dan webtoon The Office Blind Date. Disutradarai oleh Rako Prijanto dan dibintangi oleh Ariel Tatum sebagai Sari serta Abidzar Al-Ghifari sebagai Utama, film ini menjanjikan komedi romantis yang ringan dan menghibur. Dengan durasi 117 menit, film ini berusaha menghadirkan kisah cinta penuh kekonyolan tentang kencan buta yang tak terduga.
Film A Business Proposal mengisahkan Sari, seorang analis makanan di perusahaan Bowo Foods yang berasal dari keluarga sederhana. Untuk membantu keuangan keluarganya, Sari menerima tawaran sahabatnya, Yasmin (Caitlin Halderman), untuk menjadi “joki” kencan buta. Tujuannya sederhana: menggagalkan kencan agar Yasmin terbebas dari tekanan perjodohan keluarga. Namun, rencana ini berbalik ketika Sari bertemu Utama, yang ternyata adalah CEO Bowo Foods. Dari sini, cerita berkembang menjadi komedi romantis penuh kebingungan, di mana Sari harus menyembunyikan identitasnya sebagai karyawan sambil berpura-pura menjadi kekasih Utama untuk menghindari perjodohan yang tak diinginkan.
Salah satu daya tarik utama film ini adalah upaya melokalisasi cerita agar relevan dengan penonton Indonesia. Penulis naskah, Adhitya Mulya, berhasil menyisipkan elemen budaya lokal seperti referensi kuliner (kepiting saus padang) dan isu sosial seperti pinjaman online, yang membuat cerita terasa dekat dengan kehidupan sehari-hari. Elemen-elemen ini memberikan warna tersendiri, membedakan film ini dari versi drama Korea yang lebih glamor.
Karakter pendukung juga menjadi penyelamat dalam beberapa momen. Penampilan Yono Bakrie dan Sheila Tohir sebagai pemeran pendukung mencuri perhatian dengan komedi yang pas dan tidak berlebihan. Adegan-adegan komedi yang melibatkan mereka sering kali berhasil mengundang tawa, terutama karena pengemasannya yang alami dan tidak terasa dipaksakan.
Sayangnya, film ini tersandung di beberapa aspek krusial, terutama pengembangan cerita. Masih cukup segar dalam ingatan bagaimana film ini dihujat banyak orang karena ucapan aktor utamanya yang dianggap menunjukkan sikap kurang profesional. Saya berharap A Business Proposal bisa membuktikan bahwa kualitas filmnya mampu mengatasi kontroversi di luar layar. Namun, kenyataannya mengecewakan.
Alur cerita, meskipun berusaha setia pada webtoon dan drama aslinya, terasa datar dan kurang konsisten. Beberapa plot point terasa terburu-buru, seperti transisi dari kencan buta ke hubungan pura-pura yang kurang diberi ruang untuk berkembang secara emosional. Beberapa humor dalam film ini, kadang terasa dipaksakan, dengan beberapa lelucon yang tidak mendarat dengan baik karena timing yang kurang tepat atau konteks yang kurang relevan dengan target penonton.
Dari segi teknis, A Business Proposal memiliki sinematografi yang cukup standar untuk film romcom Indonesia. Pengambilan gambar di lokasi-lokasi urban memberikan nuansa modern yang sesuai dengan latar cerita. Namun, editing film ini menjadi salah satu kelemahan terbesar. Transisi antar adegan sering kali terasa janggal, dengan potongan yang terlalu cepat. Editing yang kacau ini membuat alur cerita terasa terputus-putus, sehingga sulit bagi penonton untuk benar-benar terhanyut dalam cerita. Audio dan scoring musik juga terasa generik, tidak mampu mengangkat emosi pada momen-momen kunci.
Film ini tidak lepas dari sorotan publik, terutama karena kontroversi yang melibatkan Abidzar Al-Ghifari. Pernyataannya yang menyebut hanya menonton satu episode drama asli dan menganggap penggemar drama Korea sebagai “fanatik” memicu reaksi negatif. Hal ini memengaruhi persepsi penonton bahkan sebelum film tayang, yang sayangnya tidak diimbangi oleh kualitas film itu sendiri. Meskipun Ariel Tatum berusaha keras menghidupkan karakter Sari dengan pesona dan kecerdasan emosional, beban cerita yang lemah membuat film ini sulit bersinar.
A Business Proposal versi Indonesia adalah upaya ambisius untuk menghadirkan romansa ringan dengan sentuhan lokal, namun tersandung dalam eksekusi. Kelebihan film ini terletak pada elemen lokal yang relevan dan penampilan pemeran pendukung yang menghibur. Namun, editing yang buruk membuat film ini sulit mencapai potensi penuhnya. Film ini bisa ditonton sebagai hiburan ringan, tetapi tidak akan meninggalkan kesan mendalam seperti versi drama Korea atau webtoon aslinya. Bagi penggemar romcom yang tidak keberatan dengan kekurangan teknis dan hanya sekadar ingin mengisi waktu luang, film ini masih bisa dinikmati bersama teman atau keluarga.
Rate: 5,5/10
Untuk Anda yang penasaran, film ini tersedia untuk streaming di Netflix sejak 13 Juni 2025. Apakah Anda akan memberikan kesempatan untuk kisah Sari dan Utama, atau lebih memilih menikmati versi aslinya?
Komentar
Posting Komentar