Ulasan Film The Boys in the Boat (2023): Melampaui Ekspektasi dengan Keindahan yang Mendalam


Karya sinematik George Clooney, "The Boys in the Boat," bukanlah sekadar film biasa. Disutradarai oleh Clooney, drama perahu dayung ini membawa kita ke masa lalu dengan begitu indahnya, menghadirkan gambaran yang menggetarkan tentang Depresi Besar dan periode tegang menjelang Perang Dunia II. Meskipun banyak yang berbicara tentang bagaimana beberapa film mengadu nostalgia, "The Boys in the Boat" tidak hanya menyuguhkan pengalaman visual yang sempurna tentang era tersebut, tetapi juga mengepakkan sayapnya hingga ke kenangan terbaru kita.

Dengan beralih di sekitar Seattle pada tahun 1936, film ini mengadaptasi kisah nyata dari tim dayung pria University of Washington. Daniel James Brown's, dalam bukunya yang mendebarkan, menciptakan landasan yang diperkuat oleh Clooney dan penulis skenario Mark L. Smith. Ini adalah kisah kelompok kelas pekerja yang luar biasa, berhasil mencapai Olimpiade Berlin. Film ini menggambarkan kisah inspiratif tanpa perlu berpura-pura modern atau mengesampingkan keaslian.

Alunan musik orkestra yang melambai diiringi oleh kenangan seorang pria tua di masa sekarang, merenungkan kembali masa mudanya. Joe Rantz, diperankan dengan brilian oleh Callum Turner, adalah mahasiswa teknik miskin yang bergabung dengan tim dayung kampus demi pekerjaan yang dijanjikan jika berhasil masuk tim. Dengan tajamnya, film menggambarkan kontrast antara kehidupan suram Rantz dan keindahan kampusnya, serta sungai-sungai yang akan menjadi jalur dayung mereka.

Film ini menghadirkan karakter-karakter yang retis, termasuk Joel Edgerton yang memerankan pelatih kepala, Al Ulbrickson. Ulbrickson, seorang pria serius yang fokus pada kinerja timnya, melihat potensi dalam tim junior yang tidak berpengalaman. Keputusannya untuk membiarkan mereka bersaing di Poughkeepsie Regatta menunjukkan ketegasan dan keyakinan pada latar belakang kelas pekerja mereka. Clooney berhasil menangkap atmosfer ekonomi yang suram dan kehancuran masa lalu yang lebih makmur.

Sebagai film olahraga, "The Boys in the Boat" memberikan kenikmatan konvensional dengan sentuhan yang berbeda. Clooney dengan cemerlang menghadirkan dayung sebagai olahraga yang tidak secara alami dramatis namun mampu dipertontonkan secara menarik. Detil-detil halus, ritme, dan kemistri antar pendayung menentukan tipisnya batas antara kemenangan dan kekalahan.

Meskipun mungkin terdapat ruang bagi pengembangan karakter lebih lanjut, "The Boys in the Boat" sebagai karya prestise beranggaran sedang memberikan angin segar. Sebagai perpaduan yang sempurna antara ketegangan dan keindahan, film ini mengingatkan kita pada era ketika film-film semacam ini menjadi norma. Sebuah karya yang, meski tak berpretensi modern, menghadirkan pengalaman sinematik yang memikat.

"The Boys in the Boat" melampaui harapan dengan menyajikan kualitas film yang jarang ditemui dalam era perfilman modern. Dengan setiap adegannya yang menggetarkan dan penggambaran era yang tak terlupakan, film ini tidak hanya sebuah kisah dayung, tetapi juga perjalanan emosional yang meninggalkan jejak mendalam. George Clooney dengan penuh keyakinan mengarahkan film ini, menciptakan karya yang bisa diperhitungkan dalam dunia perfilman yang penuh dengan tuntutan.

Rate: 7.75/10

Komentar