Wind Breaker (2024), harus saya akui bahwa pengalaman menontonnya cukup mengesankan. Anime ini, yang diadaptasi dari manga karya Satoru Nii, disutradarai oleh Toshifumi Akai dan dianimasikan oleh CloverWorks, memberikan daya tarik visual yang sangat kuat sejak awal. Namun, meskipun penuh dengan adegan aksi dan animasi yang fluid, ceritanya sendiri menyisakan beberapa hal untuk dipertimbangkan lebih dalam.
Hal pertama yang mencuri perhatian adalah kualitas animasinya. CloverWorks benar-benar tidak mengecewakan dalam hal ini. Setiap pertarungan yang ditampilkan dalam Wind Breaker sangat menakjubkan, mulai dari koreografi hingga detail gerakannya. Bahkan adegan-adegan kecil seperti pengejaran kucing di lorong-lorong, sebagaimana saya perhatikan di salah satu episodenya, tetap memberikan efek visual yang menawan. Saya merasa bahwa aspek ini sangat mendongkrak pengalaman menonton secara keseluruhan. Dalam hal aksi, anime ini tidak kalah dengan Tokyo Revengers atau anime-anime bergenre serupa lainnya.
Namun, jika kita berbicara tentang cerita, di sinilah saya merasa ada sedikit kekurangan. Wind Breaker berfokus pada Haruka Sakura, seorang siswa dari Fuurin High School yang terkenal dengan kekuatan bertarungnya. Premisnya tentang sekelompok siswa yang ingin menjaga kedamaian di kota melalui adu fisik memang menarik. Akan tetapi, narasi yang dihadirkan terkadang terlalu banyak bergantung pada konflik fisik, sehingga ketika ada episode yang panjang tanpa konflik fisik ini, animenya jadi terasa sedikit kurang menghibur.
Satu hal yang membuat saya tetap tertarik menonton adalah hubungan antara Haruka dan para karakter lainnya. Walaupun ceritanya berputar di sekitar aksi, ada juga elemen emosional yang perlahan-lahan terbangun. Interaksi Haruka dengan teman-temannya, terutama Sakura, memberikan sentuhan humanis pada anime ini. Saya bisa merasakan perkembangan emosional mereka seiring dengan perjalanan cerita. Ini menjadi elemen yang cukup penting karena di balik semua pertarungan dan adrenalin, ada pesan tentang persahabatan dan hubungan antarmanusia yang disampaikan dengan baik.
Di sisi lain, saya tidak bisa menutup mata terhadap beberapa kelemahan anime ini. Salah satu hal yang agak mengganggu adalah minimnya keterlibatan orang dewasa atau otoritas di dunia Wind Breaker. Siswa-siswa ini tampaknya bisa berkelahi seenaknya tanpa adanya campur tangan dari polisi atau guru, yang sedikit banyak memerlukan suspension of disbelief alias pengabaian untuk bisa menikmatinya. Tentu, bagi penggemar aksi dan drama sekolah, hal ini mungkin benar-benar bisa diabaikan, tetapi bagi saya, kadang saya merasa agak terganggu dengan tidak adanya konsekuensi dunia nyata yang dihadapi oleh para karakter.
Dari sisi audio, musik yang digarap oleh Ryo Takahashi juga patut diacungi jempol. Musik latar yang dinamis berhasil mendukung intensitas adegan-adegan pertarungan, dan soundtrack secara keseluruhan terasa cocok dengan suasana anime ini. Pengisi suara juga melakukan pekerjaan yang luar biasa dalam membawakan karakter masing-masing, terutama Yuma Uchida sebagai Haruka Sakura.
Secara keseluruhan, Wind Breaker adalah anime yang sangat layak untuk ditonton, terutama jika kamu adalah penggemar aksi dan drama sekolah dengan sedikit sentuhan persahabatan. Meskipun ada beberapa kelemahan dalam hal narasi, aksi yang intens serta animasi yang memukau berhasil menutupi kekurangan-kekurangan tersebut. Saya mungkin tidak akan menempatkannya di daftar anime terbaik sepanjang masa, tetapi jelas anime ini memberikan hiburan yang solid dan menjanjikan sesuatu yang lebih dalam jika dilanjutkan ke musim berikutnya.
Sebagai penutup, Wind Breaker adalah perpaduan yang menarik antara aksi brutal dan pesan tentang pentingnya hubungan antarmanusia. Meskipun cerita tidak terlalu kompleks, anime ini tetap memberikan pengalaman menonton yang seru dan memikat. Saya tidak sabar untuk melihat bagaimana cerita ini berkembang di musim-musim mendatang!
Rate: 7.5/10
Komentar
Posting Komentar