Ulasan film 100 Yards (2024): Antara Aksi Memukau dan Cerita yang Kurang Menggigit

Poster Karakter film 100 Yards (2024)

Dirilis pada November 2024, 100 Yards merupakan film drama aksi bela diri yang disutradarai oleh Xu Haofeng dan Xu Junfeng. Film ini berlatar di Tianjin pada tahun 1920-an, mengisahkan perebutan kepemimpinan sebuah perguruan bela diri setelah kematian sang master. Meskipun menawarkan aksi laga yang memukau, film ini menghadapi tantangan dalam penyampaian cerita dan pengembangan karakter.

Setelah kematian Master Shen (Guo Long), terjadi persaingan antara murid utamanya, Qi Quan (Andy On), dan putranya, Shen An (Jacky Heung), untuk memimpin perguruan bela diri tersebut. Persaingan ini memicu konflik yang melibatkan berbagai pihak dan mengancam kedamaian komunitas bela diri di Tianjin. Judul "100 Yards" merujuk pada kesepakatan bahwa tidak boleh ada perkelahian dalam radius 100 yard dari setiap perguruan, sebuah aturan yang diuji seiring eskalasi konflik.

Plot 100 Yards berfokus pada tema tradisi versus modernitas, serta ambisi pribadi yang memicu konflik. Namun, beberapa ulasan mengindikasikan bahwa alur cerita terasa kompleks dan terkadang membingungkan, dengan motivasi karakter yang kurang jelas. Hal ini dapat membuat penonton kesulitan untuk terhubung secara emosional dengan perjalanan para tokoh utama. Meskipun memiliki momen-momen brilian, terutama dalam adegan pertarungan yang autentik dan sinematografi yang mencolok, 100 Yards pada akhirnya kurang memuaskan karena plotnya yang berbelit-belit dan motivasi karakter yang membingungkan.

Duel Beladiri antara Andy On dan Jacky Heung dalam film 100 Yards (2024)

Salah satu kekuatan utama film ini adalah adegan pertarungannya yang dikoreografi dengan cermat. Xu Haofeng, yang juga dikenal sebagai penulis The Grandmaster, menghadirkan aksi bela diri yang realistis dan presisi. Setiap gerakan terasa disengaja, dengan ritme dan bobot yang jarang ditemukan dalam film aksi modern. 100 Yards adalah drama periode dengan plot yang padat, dialog yang florid, dan adegan aksi yang mendebarkan.

Dari segi visual, 100 Yards menonjol dengan sinematografi yang memukau dan desain produksi yang detail. Penggambaran Tianjin era 1920-an terasa autentik, dengan penggunaan palet warna dan pencahayaan yang mendukung atmosfer film. Setiap adegan dirancang dengan estetika yang kuat, menjadikan film ini enak dipandang meskipun terdapat kekurangan dalam narasi.

Secara keseluruhan, 100 Yards menawarkan pengalaman menonton yang memuaskan dari segi aksi dan visual. Namun, kelemahan dalam pengembangan cerita dan karakter membuat film ini kurang berdampak secara emosional. Dengan rating 6 hingga 6,5 dari 10, film ini cocok bagi penikmat aksi bela diri yang mencari koreografi pertarungan yang solid, meskipun harus bersabar dengan alur cerita yang kurang kohesif.

Komentar