Langsung ke konten utama

Ulasan Film Almarhum (2025): Menyelami Horor Mistis Jawa dengan Sentuhan Emosional

Poster Film Almarhum (2025)

Film Almarhum (2025), karya sutradara Adhe Dharmastriya, menjadi salah satu film horor Indonesia yang mencuri perhatian di awal tahun 2025. Mengusung mitos Jawa tentang kematian di hari Selasa Kliwon yang dianggap membawa petaka, film ini memadukan elemen horor supranatural dengan drama keluarga yang kental. Dengan durasi 103 menit, Almarhum mengajak penonton menyelami ketegangan yang dibalut budaya lokal. 

Film Almarhum berpusat pada keluarga Nuri (Ratu Sofya) yang dilanda teror setelah kematian tragis ayah mereka, Pak Mulwanto (Rukman Rosadi), pada malam Selasa Kliwon. Menurut kepercayaan Jawa, kematian di hari tersebut membawa kutukan yang dapat menyeret anggota keluarga lainnya ke alam baka. Wisesa (Dimas Aditya), anak sulung yang skeptis, menolak ritual tolak bala, sementara ibunya, Rahmi (Nova Eliza), dan adik-adiknya, Nuri dan Yanda (Alzi Markers), mulai mengalami kejadian aneh yang mengancam nyawa. Narasi berkembang dengan mengungkap misteri di balik kutukan tersebut, membawa penonton pada perjalanan emosional dan menegangkan yang diwarnai elemen religi dan budaya Jawa.

Salah satu daya tarik utama Almarhum adalah kemampuannya menciptakan atmosfer horor yang kuat dengan memanfaatkan mitos Selasa Kliwon. Penggunaan elemen budaya Jawa, seperti ritual tolak bala dan kepercayaan mistis, memberikan nuansa autentik yang membedakan film ini dari horor konvensional. Adegan-adegan seperti kemunculan pocong atau suara-suara misterius di rumah tua berhasil membangun ketegangan yang membuat penonton waspada. Pencahayaan dramatis dan pengaturan suara yang intens, seperti derit pintu atau bisikan gaib, memperkuat pengalaman sinematik yang mencekam.

Selain horor, Almarhum menonjolkan dinamika keluarga yang realistis. Konflik antara Wisesa yang rasional dengan adiknya yang percaya pada tradisi mencerminkan pergulatan antara modernitas dan kepercayaan lokal. Penampilan Ratu Sofya sebagai Nuri patut diacungi jempol, karena ia berhasil menghidupkan karakter yang rapuh namun bertekad kuat untuk melindungi keluarganya. Hubungan antar saudara yang penuh dinamika, ditambah dengan kepedihan kehilangan ayah, menambah lapisan emosional yang membuat penonton terhubung dengan cerita.

Para aktor, khususnya Ratu Sofya dan Nova Eliza, memberikan penampilan yang meyakinkan. Karakter-karakter dalam film ini terasa nyata, seolah-olah mereka adalah orang-orang yang bisa kita temui di kehidupan sehari-hari. Ekspresi ketakutan, kebingungan, dan kesedihan yang ditampilkan para pemain mampu menarik empati penonton, menjadikan Almarhum lebih dari sekadar film horor biasa.

Salah satu adegan dalam Film Almarhum (2025)

Meskipun awal film berhasil membangun ketegangan, paruh kedua hingga akhir cerita sedikit kehilangan sentuhan. Karakter Wisesa yang sedari awal digambarkan sangat logis, justru dialah yang akhirnya membuat keputusan tidak logis. Hal ini mengurangi intensitas cerita yang telah dibangun dengan baik di babak awal, membuat pengalaman menonton terasa kurang memuaskan.

Film ini mencoba menghadirkan plot twist dengan mengungkap teror yang dialami keluarga Nuri. Sayangnya, pengungkapan ini terasa kurang kuat dan tidak memberikan efek kejutan yang diharapkan. Penonton mungkin akan merasa bingung dengan tujuan plot twist tersebut, karena tidak dijelaskan dengan mendalam.

Fokus cerita yang terlalu besar pada keluarga Nuri membuat latar belakang dan motivasi antagonis kurang tergali. Padahal, pengembangan karakter antagonis yang lebih mendalam bisa memperkuat konflik dan menambah dimensi pada cerita. Ketidakseimbangan ini membuat misteri di balik teror terasa kurang utuh.

Dari segi teknis, Almarhum menawarkan kualitas produksi yang cukup mengesankan untuk film horor lokal. Efek visual, seperti penampakan supranatural dan suasana rumah tua, dirancang dengan cermat untuk menciptakan kesan mencekam. Penggunaan efek suara, seperti dentuman atau bisikan, berhasil meningkatkan intensitas adegan horor. Sinematografi juga patut diapresiasi. Namun, beberapa efek visual terasa agak berlebihan, yang kadang mengurangi kesan realistis dari cerita.

Almarhum adalah film horor yang berhasil memadukan mitos Jawa dengan drama keluarga yang emosional, menjadikannya tontonan yang menarik bagi penggemar genre horor lokal. Atmosfer tegang, akting yang kuat, dan sentuhan budaya Jawa menjadi kelebihan utama film ini. Namun, kelemahan dalam penyelesaian cerita, plot twist yang kurang berdampak, dan minimnya pengembangan antagonis membuat film ini tidak mencapai potensi maksimalnya. Almarhum layak ditonton bagi mereka yang menyukai horor dengan nuansa budaya lokal, namun jangan berharap pengalaman yang benar-benar sempurna.

Rate: 6,5/10

Komentar